Sebelum dilakukannya tindakan anestesi dan pembedahan, pasien rutin dipuasakan beberapa jam sebelumnya. Praktik ini umum dilakukan untuk prosedur-prosedur operasi elektif, sementara pada prosedur operasi emergensi yang diperkirakan tidak bisa menunggu cukupnya durasi puasa, seringkali puasa pre-operatif ini tidak dilakukan karena keharusan untuk segera melakukan tindakan pembedahan. Tulisan singkat ini dapat diterapkan pada pasien untuk semua umur, dan direkomendasikan untuk diaplikasikan sebelum anestesi umum, anestesi regional, maupun sedasi prosedural, untuk operasi elektif. 


Pengertian

Puasa pre-operatif adalah menghentikan asupan oral sebelum dilakukannya induksi anestesi maupun pembedahan. Praktik ini ditujukan untuk mencegah terjadinya aspirasi dari lambung ke saluran pernapasan, terutama saat dilakukannya induksi anestesi. 


Puasa pre-operatif


Tujuan

Puasa pre-operatif bertujuan untuk memberikan waktu untuk pengosongan lambung agar mencegah regurgitasi lambung dan aspirasi pada saluran napas pada periode intraoperatif. 


Aspirasi partikulat lambung pada paru sebanyak 25 sampai 50 mL saja dengan kadar keasaman pH <2,5 dapat merusak paru. Hal ini dapat memiliki konsekuensi terjadinya pneumonia aspirasi, gagal napas, sampai dengan kematian. 


Risiko

Terlepas dari manfaat yang ingin diperoleh dari dilakukannya puasa pre-operatif, praktik ini juga memiliki risiko. Puasa berkepanjangan dapat menyebabkan hipoglikemia, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Ketiga hal ini akan menyulitkan dokter anestesi dalam me-maintenance pasien selama pembedahan. 


Hipoglikemia dapat mempengaruhi respon stres pasien terhadap pembedahan. Pada hipoglikemia akut dapat menyebabkan terjadinya cedera otak permanen. Selain itu, luaran pascabedah juga dipengaruhi oleh kadar glukosa intraoperatif.


Dehidrasi mempengaruhi status volume pasien, dan berakibat pada gejolak hemodinamik pasien selama pembedahan. Selain itu, status dehidrasi akan lebih menyulitkan dokter anestesi dalam memasang akses vena perifer, terutama pada pasien bayi dan anak-anak apabila dibutuhkan.


Gangguan keseimbangan elektrolit pada periode intraoperatif dapat memiliki berbagai risiko. Hiponatremia atau hipernatremia misalnya, dapat berdampak pada perubahan status mental pasien pascabedah. Hipokalemia ataupun hiperkalemia dapat mempengaruhi irama jantung.


Prosedur durasi puasa

Berdasarkan pedoman terbaru American Society of Anesthesiologist (ASA) mengenai prosedur puasa pre-operatif yang diterbitkan pada tahun 2017, puasa pre-operatif memiliki durasi bergantung pada isi atau konten asupan oral yang dikonsumsi.


Durasi pengosongan lambung berbanding lurus dengan kandungan kalori pada zat yang dikonsumsi. Semakin tinggi kalorinya, maka semakin lama zat tersebut berada di lambung. Kadar pH cairan lambung akan menurun (semakin asam) dengan semakin banyaknya isi lambung. Namun, asam lambung juga tetap disekresikan meskipun lambung dalam keadaan kosong.


Berikut adalah durasi spesifik puasa pre-operatif berdasarkan konten asupan oralnya. Durasi puasa ini berlaku untuk semua umur, dewasa dan anak-anak. Prosedur ini tidak diwajibkan pada wanita yang akan bersalin. Prosedur ini juga tidak menjamin pengosongan lambung secara total.


Tabel 1. Rekomendasi durasi puasa ASA tahun 2017

Makanan yang dikonsumsi Durasi puasa minimal
Cairan bening 2 jam
Air Susu Ibu (ASI)  4 jam
Susu formula  6 jam
Susu bukan berasal dari manusia 6 jam
Makanan ringan 6 jam
Makanan digoreng, berlemak, atau daging Waktu puasa tambahan diperlukan (mis. 8 jam atau lebih)

Dikutip dari: American Society of Anesthesiologist. Practice guidelines for preoperative fasting and the use of pharmacologic agents to reduce the risk of pulmonary aspiration: application to healthy patients undergoing elective procedures. Anesthesiology. 2017;126(3):376-93


Cairan oral

Cairan bening

Yang termasuk cairan bening adalah air, jus buah tanpa bulir, minuman berkarbonasi, teh bening, dan kopi hitam. Prosedur puasa pre-operatif untuk cairan oral bening adalah 2 jam. 


Air Susu Ibu (ASI)

Pada bayi yang mengkonsumsi ASI, puasa pre-operatif dari ASI yang direkomendasikan ASA adalah 4 jam.


Susu Non-ASI

Susu non-ASI termasuk susu formula maupun susu yang yang berasal dari hewan seperti susu kambing maupun susu sapi. Prosedur puasa pre-operatif untuk susu non-ASI adalah 6 jam.


Makanan Padat

Makanan ringan

Yang termasuk makanan padat ringan adalah makanan-makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana tidak berlemak seperti roti. Prosedur puasa pre-operatif untuk jenis makanan ini adalah 6 jam. 


Gorengan, makanan berlemak, dan daging

Makanan yang digoreng, berlemak, maupun daging biasanya berada di lambung dengan periode yang cukup lama. Prosedur puasa pre-operatif untuk makanan jenis ini mungkin memerlukan tambahan waktu puasa seperti lebih dari 8 jam. 


Rekomendasi farmakologis

Pedoman American Society of Anesthesiologist (ASA) mengenai prosedur puasa pre-operatif yang diterbitkan pada tahun 2017 juga menyatakan tentang penggunaan obat-obatan pada periode perioperatif.


Pada dasarnya, tidak ada jenis obat apapun yang direkomendasikan untuk dirutinkan dalam periode pre-operatif ini. Namun, penggunaan obat-obatan golongan stimulan gastrointestinal (Metoclopramid), golongan penghambat sekresi asam lambung (Cimetidin, Famotidin, Ranitidin, Omeprazol, Lansoprazol), golongan antasida (Natrium sitrat, Natrium bikarbonat, Magnesium trisiklat), serta golongan antiemetik (Ondansentron), dapat digunakan. 


Obat-obatan golongan antikolinergik (Atropin, Skopolamin, Glikopirolat) tidak digunakan dalam prosedur puasa pre-operatif. 


Kombinasi dari obat-obatan tersebut di atas dapat digunakan, tetapi tidak direkomendasikan untuk dirutinkan pada periode pre-operatif.


Tabel 2. Rekomendasi farmakologis terkait puasa pre-operatif ASA tahun 2017

Golongan obat dan contohnya Rekomendasi
Stimulan gastrointestinal
Metoklopramid Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Penghambat sekresi asam lambung
Simetidin Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Famotidin Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Ranitidin Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Omeprazol Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Lansoprazol Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Antasida
Natrium sitrat Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Natrium bikarbonat Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Magnesium trisiklat Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Antiemetik
Ondansentron Boleh digunakan / tidak digunakan rutin
Antikolinergik
Atropin Tidak digunakan
Skopolamin Tidak digunakan
Glikopirolat Tidak digunakan
Kombinasi obat-obatan di atas Boleh digunakan / tidak digunakan rutin

Dikutip dari: American Society of Anesthesiologist. Practice guidelines for preoperative fasting and the use of pharmacologic agents to reduce the risk of pulmonary aspiration: application to healthy patients undergoing elective procedures. Anesthesiology. 2017;126(3):376-93


Loading karbohidrat oral pre-operatif

Loading cairan bening karbohidrat oral pada periode pre-operatif bertujuan untuk menjaga status metabolik pasien selama periode intraoperatif. Selain itu, tindakan ini menurunkan resistensi insulin pada periode intraoperatif sampai pascabedah. 


Rekomendasi American Society of Anesthesiologist (ASA) pada tahun 2024 menganjurkan konsumsi minuman bening karbohidrat pre-operatif pada 2 jam sebelum operasi.


Rekomendasi ini hanya berlaku untuk pasien dewasa sehat tanpa adanya penyakit komorbid atau kondisi yang dapat menyebabkan perlambatan pengosongan lambung. Penyakit komorbid ini termasuk gangguan esofagus, gangguan refluks, hiatal hernia, divertikulum Zenker, akalasia, striktur esofagus, riwayat operasi lambung (seperti bypass gaster), gastroparesis, diabetes mellitus, penggunaan opioid, obstruksi gastrointestinal, proses penyakit intraabdomen, kehamilan, obesitas, dan prosedur operasi emergensi.


Jumlah pemberian cairan bening karbohidrat oral 2 jam sebelum dilakukannya induksi anestesi adalah 300-400 mL.


Permen karet

Mengunyah permen karet mulanya diduga memiliki manfaat dalam mengurangi rasa lapar dan dahaga selama periode pre-operatif. Selain itu diduga pula dapat mengurangi volume lambung dan meningkatkan pH cairan lambung. Namun, kekuatan bukti untuk mendukung dugaan ini masih sangat rendah. 


Mengunyah permen karet tidak menunda prosedur operasi. Namun, sebelum prosedur induksi anestesi dan operasi dijalankan, permen karet yang dikunyah harus dibuang dahulu.


Ringkasan

Puasa pre-operatif dianjurkan untuk operasi elektif agar menurunkan risiko pneumonia aspirasi. Puasa pre-operatif yang dianjurkan adalah 2 jam untuk minuman bening, 4 jam untuk ASI, 6 jam untuk susu lain dan makanan padat tidak berlemak, serta 8 jam atau lebih untuk makanan berlemak atau daging. Pada pasien dewasa sehat, 2 jam sebelum operasi direkomendasikan untuk loading cairan karbohidrat oral sebanyak 300-400 mL. Mengunyah permen karet tidak menunda tindakan operasi. 


Daftar Pustaka
  1. Fawcett WJ, Thomas M. Pre-operative fasting in adult and children : clinical practice and guideline. Anaesthesia. 2019(74): 83-8
  2. Joshi PG, Abdelmalak BB, Weigel WA, Harbell MW, Kuo CI, Soriano SG, et al. 2023 American Society of Anesthesiologists practice guidelines for preoperative fasting: carbohydrate-containing clear liquids with or without protein, chewing gum, and pediatric fasting duration—A modular update of the 2017 American Society of Anesthesiologists practice guidelines for preoperative fasting*. Anesthesiology. 2023;138:132-51
  3. American Society of Anesthesiologist. Practice guidelines for preoperative fasting and the use of pharmacologic agents to reduce the risk of pulmonary aspiration: application to healthy patients undergoing elective procedures. Anesthesiology. 2017;126(3):376-93

Artikel terkait:

Tinggalkan komentar