Dokter anestesi, yang menghabiskan lebih banyak waktu di ruang operasi dibandingkan dokter spesialis lain, bertanggungjawab melindungi pasien dan personel ruang operasi dari bahaya selama proses operasi. Beberapa ancaman cukup unik bagi sebuah ruang operasi. Sebagai akibatnya, dokter anestesi bertanggung jawab dalam memastikan baiknya fungsi gas medis, pencegahan dan manajemen kebakaran, faktor lingkungan (misalnya suhu, kelembaban, ventilasi, dan kebisingan), dan keamanan aliran listrik di ruang operasi. Dokter anestesi seringkali, atau dibantu oleh, desain dan tampilan dari ruang operasi dan tindakan, termasuk peningkatan kualitas tim. Tulisan ini membahas fitur utama ruang operasi yang menjadi perhatian khusus bagi dokter anestesi dan bahaya potensial yang berhubungan dengan sistem ini.


Konsep Kunci

  • Tekanan 1000 psig mengindikasikan E-cylinder yang setengah penuh dan merepresentasikan 330 L oksigen 
  • Satu-satunya langkah terpercaya untuk mengetahui volume sisa nitrogen oksida adalah dengan menimbang silinder.
  • Untuk mencegah kesalahan pemasangan silinder, pabrik silinder mengadopsi sistem keamanan indeks pin (pin index safety system).
  • Prinsip dasar keamanan radiasi adalah untuk menjaga paparan ”as low as reasonably practical (ALARP)”. Prinsip ALARP mengoptimisasi proteksi dari paparan radiasi dengan penggunaan waktu, jarak, dan pelindung. 
  • Besarnya kebocoran arus biasanya tak terlihat (<1 mA, dan jauh di bawah ambang batas fibrilasi 100 mA). Namun jika arus melewati resistensi tinggi pada kulit, dan dihantarkan langsung ke jantung (mikrosyok), arus serendah 100 μA sekalipun bisa berakibat fatal. Kebocoran maksimum yang diperbolehkan pada peralatan ruang operasi adalah 10 μA. 
  • Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dua kesalahan, monitor line isolation mengukur potensial untuk aliran arus dari suplai energi terisolasi ke bumi. Pada dasarnya, monitor line isolation menunjukkan derajat isolasi antara dua kawat daya dan bumi, serta memprediksi jumlah arus yang dapat mengalir jika sirkuit pendek kedua terbentuk. 
  • Hampir semua kejadian kebakaran saat operasi dapat dicegah. Tidak seperti komplikasi medis, kebakaran merupakan hasil dari kontak sederhana antara bahan kimia dan fisika. Terjadinya hal ini hampir seluruhnya dapat dihilangkan dengan memahami prinsip-prinsip dasar risiko kebakaran.
  • Faktor risiko tersering dalam kebakaran saat operasi berhubungan dengan terbukanya jalur penghantaran oksigen.
  • Pemberian oksigen dengan konsentrasi lebih dari 30% harus disesuaikan dengan tampilan klinis pasien, bukan hanya dengan protokol atau kebiasaan.
  • Langkah-langkah penghentian udara dan ekstubasi endotrakeal saat kebakaran jalan napas harus dilakukan dengan cepat. 
  • Sebelum memulai prosedur pembedahan laser, alat laser harus berada di ruang operasi, tanda peringatan harus terpasang di pintu ruang operasi, dan kacamata pelindung harus digunakan. Dokter atau perawat anestesi harus mencocokkan tanda peringatan dan pelindung mata sesuai dengan label pada alat, karena perlindungan laser hanya spesifik terhadap tipe tertentu dari laser

Budaya Keamanan

Pasien sering berpikir bahwa ruang operasi adalah tempat yang aman di mana pelayanan yang diberikan terfokus untuk melindungi pasien. Petugas medis seperti dokter anestesi, dokter bedah, dan perawat bertanggung jawab untuk menjalankan tugas penting secara aman dan efisien. Langkah terbaik untuk mencegah ancaman serius bagi pasien atau terhadap ruang bedah adalah dengan menciptakan budaya keamanan (culture of safety), yang mengidentifikasi dan menghentikan perilaku yang tidak aman sebelum terjadinya bahaya.


Salah satu alat yang digunakan pada budaya keamanan adalah surgical safety checklist. Checklist semacam itu digunakan untuk segala kasus dan termasuk komponen krusial di fasilitas kesehatan. Banyak checklist pembedahan yang bersumber dari checklist keamanan pembedahan oleh World Health Organization (WHO).


Untuk efektivitas, pertama checklist harus digunakan; kedua, seluruh anggota tim operasi harus terfokus pada checklist ketika checklist tersebut digunakan. Checklist paling efektif bila dilakukan secara interaktif. 


Contoh checklist yang dilaksanakan dengan kurang baik adalah yang dibaca secara keseluruhan, di mana setelah itu dokter bedah menanyakan apakah semua orang setuju. Format ini menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi kemungkinan masalah. Metode yang lebih baik adalah metode yang dibacakan pada masing-masing poin; misalnya, "Apakah semua orang setuju ini adalah John Doe?” diikuti oleh "Apakah setiap orang setuju kita melakukan pemindahan ginjal kiri?", dan seterusnya.


Checklist yang optimal tidak berusaha untuk meliputi setiap kemungkinan, namun hanya menyebutkan komponen kunci, yang memungkinkannya untuk diselesaikan dalam waktu kurang dari 90 detik. 


Beberapa praktisi berpendapat bahwa checklist membuang banyak waktu; mereka tidak menyadari bahwa tidak melakukan hal ini untuk menghemat waktu malah dapat menimbulkan masalah nantinya, sehingga selain mengakibatkan kerugian waktu juga menyebabkan bahaya kepada pasien. Jika checklist keselamatan diikuti dalam setiap kasus, penurunan signifikan kejadian komplikasi pembedahan yang dapat dicegah seperti operasi di tempat yang salah, prosedur pada pasien yang salah, benda asing yang tertinggal, dan pemberian obat pada pasien di mana pasien tersebut diketahui memiliki alergi terhadap obat itu dapat terlihat.


Lingkungan Ruang Operasi

Dokter anestesi adalah pemimpin dalam inisiatif keselamatan pasien dan harus mengambil peran proaktif untuk menggunakan checklist dan kegiatan lainnya yang menumbuhkan budaya keamanan.


Sistem Gas Medis

Gas medis yang umum digunakan di ruang operasi adalah oksigen, nitrogen oksida, udara, dan nitrogen. Meskipun secara teknis bukan gas, pembuangan vakum (vacuum exhaust) untuk scavenging dan pengumpulan gas anestesi dan suction bedah juga harus disediakan dan dianggap sebagai bagian integral dari sistem gas medis. Pasien terancam jika sistem gas medis, terutama oksigen, mengalami keslahan konfigurasi atau malfungsi. Dokter anestesi harus mengerti sumber gas dan arti dari penghantaran gas ke ruang operasi untuk mencegah atau mendeteksi deplesi gas atau kesalahan hubungan jaringan suplai. Perkiraan akan konsumsi tertinggi rumah sakit menentukan jenis sistem pasokan gas medis yang dibutuhkan. Desain dan standar mengikuti National Fire Protection Association (NFPA) 99 di Amerika Serikat dan HTM 2022 di Inggris. 


Sumber Gas Medis

Oksigen

Pasokan oksigen yang dapat diandalkan merupakan persyaratan penting di ruang operasi manapun. Oksigen medis (99% atau 99,5% murni) diproduksi dengan distilasi fraksional dari udara yang diliquifikasi. 


Oksigen disimpan sebagai gas terkompresi pada suhu kamar atau didinginkan sebagai cairan. Sebagian besar rumah sakit kecil menyimpan oksigen di dua bank silinder bertekanan tinggi (silinder H) terpisah yang dihubungkan oleh manifold (Gambar 1). Hanya satu bank yang digunakan pada saat itu. 


Jumlah silinder di masing-masing bank bergantung pada perkiraan kebutuhan harian. Manifold tersebut mengandung katup yang mengurangi tekanan silinder (cylinder pressure) (kira-kira 2000 pound per inci persegi [psig]) ke tekanan dasar (line pressure) (55 ± 5 psig) dan secara otomatis berganti bank ketika satu bank silinder habis.


Bank silinder H oksigen yang dihubungkan oleh manifold
Gambar 1. Bank silinder H oksigen yang dihubungkan oleh manifold.


Sistem penyimpanan oksigen cair (Gambar 2) lebih ekonomis untuk rumah sakit besar. Oksigen cair harus disimpan jauh di bawah suhu kritisnya yaitu -119°C karena gas dapat dicairkan dengan tekanan hanya jika disimpan di bawah suhu kritisnya. Rumah sakit besar biasanya memiliki persediaan oksigen cair yang lebih sedikit atau bank silinder gas terkompresi yang cukup untuk kebutuhan oksigen dalam satu hari untuk cadangan. Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan sistem gas di rumah sakit, dokter anestesi harus memiliki persediaan suplai oksigen darurat selama anestesi (silinder E). 


Tangki penyimpanan oksigen cair dengan tangki candangan oksigen pada latar belakangnya.
Gambar 2. Tangki penyimpanan oksigen cair dengan tangki candangan oksigen pada latar belakangnya.

Sebagian besar mesin anestesi mengakomodasi silinder E oksigen. Seiring dengan ekspansi oksigen, tekanan silinder turun setara dengan isinya. Tekanan 1000 psig menunjukkan silinder E yang kira-kira setengah penuh dan mewakili 330 L oksigen pada tekanan atmosfer dan suhu 20°C. Jika oksigen habis pada kecepatan 3 L/menit, silinder yang setengah penuh akan kosong dalam 110 menit. Tekanan silinder oksigen harus dipantau sebelum digunakan dan secara berkala selama penggunaan. Mesin anestesi biasanya juga mengakomodasi silinder E untuk udara medis dan nitrogen oksida, dan mungkin menerima silinder helium. Gas medis terkompresi menggunakan sistem keamanan indeks pin (pin index safety system) untuk silinder-silinder ini untuk mencegah persilangan (crossover) dan koneksi untuk jenis gas yang berbeda yang tidak disengaja. Sebagai fitur keselamatan, silinder E oksigen memiliki “sumbat” yang dibuat dari Wood’s metal. Campuran metalurgi ini memiliki titik leleh rendah, yang memungkinkan disipasi tekanan pada kebakaran yang mungkin bisa memanaskan silinder sampai ke titik ledakan. "Katup" keringanan tekanan ini dirancang untuk ruptur pada 3300 psig, jauh di bawah tekanan di mana dinding silinder E harus mampu bertahan (lebih dari 5000 psig), mencegah “pengisian berlebih (overfilling)” dari silinder.


Tabel 1. Karakteristik silinder gas medis
Gas Kapasitas
Silinder E1
(liter)
Kapasitas
Silinder H1
(liter)
Tekanan1
(psig di 20°C)
Warna
(Amerika
Serikat)
Warna
(Internasional)
Bentuk
O2 625–700 6000–8000 1800–2200 Hijau Putih Gas
Udara 625–700 6000–8000 1800–2200 Kuning Putih & Hitam Gas
N2 1590 15.900 745 Biru Biru Cair
N2 625–700 6000–8000 1800–2200 Hitam Hitam Gas
1 Tergantung pabrik

Nitrogen oksida

Nitrogen oksida hampir selalu disimpan oleh rumah sakit dalam silinder H besar yang dihubungkan oleh manifold dengan fitur crossover otomatis. Simpanan nitrogen oksida cair dalam jumlah besar ekonomis hanya pada institusi yang sangat besar. Karena suhu kritis nitrogen oksida (36,5°C) berada di atas suhu kamar, nitrogen oksida dapat disimpan tetap dalam keadaan cair tanpa sistem pendinginan yang rumit. Jika nitrogen oksida terlikuifikasi naik di atas suhu kritisnya, ia akan kembali ke fase gasnya. 


Karena nitrogen oksida bukanlah gas ideal dan mudah terkompresi, transformasi menjadi fase gas ini tidak disertai dengan kenaikan tekanan tangki yang besar. Meskipun demikian, seperti halnya silinder oksigen, semua tabung silinder E nitrogen oksida dilengkapi dengan sumbat logam Wood untuk mencegah ledakan di bawah kondisi tekanan gas yang tinggi secara tidak terduga (misalnya, overfilling yang tidak disengaja atau terutama selama kebakaran).


Meskipun gangguan pasokan biasanya tidak bersifat katastrofik, kebanyakan mesin anestesi memiliki cadangan silinder E nitrogen oksida. Karena silinder kecil ini mengandung nitrogen oksida dalam keadaan cair, volume sisa dalam silinder tidak proporsional dengan tekanannya. Pada saat nitrogen oksida cair dikeluarkan dan tekanan tangki mulai turun, hanya sekitar 400 L nitrogen oksida yang tersisa. Jika oksida cair disimpan pada suhu konstan (20°C), nitrogen oksida akan menguap pada tingkat yang sama dengan nitrogen oksida yang dikonsumsi dan akan mempertahankan tekanan konstan (745 psig) sampai cairan habis.


Satu-satunya cara yang dapat diandalkan untuk menentukan volume residual nitrogen oksida adalah menimbang silinder. Untuk alasan ini, bobot tara (tare weight - TW), atau berat kosong, dari ssilinder yang mengandung gas terkompresi terlikuifikasi (misalnya, nitrogen oksida) sering diberi cap pada bahu silinder. Alat pengukur tekanan silinder nitrogen oksida tidak boleh melebihi 745 psig pada suhu 20°C. Pembacaan yang lebih tinggi menyiratkan kerusakan alat pengukur, overfill tangki (isi cairan), atau silinder yang mengandung gas selain nitrogen oksida.


Karena energi dikonsumsi dalam konversi cairan ke gas (panas laten penguapan), nitrogen oksida cair mendingin selama proses ini. Penurunan suhu menghasilkan tekanan uap yang lebih rendah dan tekanan silinder yang lebih rendah. Pendinginan sangat terasa pada laju aliran tinggi sehingga seringkali terdapat bekuan pada tangki, dan regulator tekanan dapat membeku pada keadaan seperti itu.


Gas Medis

Udara sering digunakan dalam anestesiologi karena penggunaan nitrogen oksida dan oksigen konsentrasi tinggi telah menurun popularitasnya. Udara silinder untuk medis diperoleh dengan memadukan oksigen dan nitrogen. Udara dehumidifikasi (tapi tidak steril) diberikan ke sistem saluran pipa rumah sakit oleh pompa kompresi. Saluran masuk (inlet) pompa ini harus jauh dari ventilasi dan mesin exhaust vakum untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Karena suhu kritis udara adalah -140,6°C, gas ini tersedia sebagai gas dalam silinder dengan tekanan sebanding dengan kandungannya.


Nitrogen

Meskipun nitrogen terkompresi tidak diberikan kepada pasien, ini dapat digunakan untuk menjalankan beberapa peralatan ruang operasi, seperti gergaji, drill (bor), dan peralatan bedah lainnya. Sistem pasokan nitrogen menggabungkan penggunaan silinder H yang dihubungkan oleh manifold atau sistem dinding yang disuplai sistem pusat gas rumah sakit dan diatur oleh kompresor.


Vakum

Pusat sistem vakum rumah sakit biasanya terdiri dari pompa hisap (suction) independen, masing-masing diperkirakan dapat menangani kebutuhan tertinggi rumah sakit akan suction ini. Terdapat wadah penangkap di setiap lokasi pengguna mencegah kontaminasi sistem vakum dengan benda asing. Sistem vakum bedah medis dapat digunakan untuk pembuangan limbah gas anestesi (waste anesthetic gas disposal - WAGD) selama hal ini tidak mempengaruhi kinerja sistem. Outlet WAGD dapat dipasangkan dengan regulator suction dengan indikator float yang dipasangkan dengan tanda yang ditentukan. Suction berlebih dapat menyebabkan ventilasi pasien tidak adekuat, dan tingkat suction yang tidak memadai dapat menyebabkan kegagalan mengevakuasi limbah gas anestesi. Wadah dan tabung WAGD biasanya berwarna lavender.


Karbon Dioksida

Banyak prosedur operasi dilakukan dengan teknik laparoskopi atau dibantu robot yang memerlukan insuflasi rongga tubuh dengan karbon dioksida, sebuah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak mudah terbakar dan sedikit asam. Silinder besar yang mengandung karbon dioksida, seperti silinder M atau silinder LK, sering ditemukan di ruang operasi; silinder-silinder ini berbagi ukuran orifisium dan benang dengan tabung oksigen yang sama dan dapat secara tidak sengaja tertukar.


Penghantaran Gas Medis

Gas medis dihantarkan dari sumber pasokan utama mereka ke ruang operasi melalui jaringan pipa yang diberi ukuran sedemikian rupa sehingga penurunan tekanan di seluruh sistem tidak pernah melebihi 5 psig. Pipa gas biasanya terbuat dari pipa tembaga tanpa kabel dengan menggunakan teknik pengelasan khusus. Kontaminasi internal pipa oleh debu, minyak, atau air harus dihindari. Sistem penghantaran gas rumah sakit tampak di ruang operasi sebagai hose drops, kolom gas, atau lengan artikulasi yang rumit (Gambar 3). Perlengkapan ruang operasi, termasuk mesin anestesi, berhubungan dengan outlet sistem pipa ini dengan selang berkode warna. Mekanisme quick-coupler, yang bervariasi dalam desain dengan produsen berbeda, menghubungkan salah satu ujung selang ke outlet gas yang sesuai. Ujung satunya menghubungkan mesin anestesi melalui sistem pengaman indeks diameter yang tidak dapat dipertukarkan yang mencegah pelekatan selang yang salah.


Contoh umum dari kolom gas, hose drops langit-langit, dan lengan berartikulasi.
Gambar 3. Contoh umum dari A: kolom gas, B: hose-drops langit-langit, dan C: lengan berartikulasi. Satu ujung selang berkode warna dihubungkan dengan sistem suplai gas medis rumah sakit dengan mekanisme quick-coupler. Ujung lainnya terhubung ke mesin anestesi melalui sistem keamanan indeks diameter.

Silinder E oksigen, nitrogen oksida, dan udara menempel langsung ke mesin anestesi. Untuk mencegah pelekatan silinder yang salah, produsen silinder telah mengadopsi sistem keamanan indeks pin (pin index safety system). Setiap silinder gas (ukuran A-E) memiliki dua lubang pada katup silindernya yang cocok dengan pin yang sesuai pada kuk (yoke) mesin anestesi (Gambar 4). Posisi relatif dari pin dan lubang unik untuk setiap gas. Beberapa pencuci ditempatkan di antara silinder dan kuk, yang mencegah kontak pin dan lubang, telah secara tidak sengaja mengalahkan sistem ini dan maka dari itu tidak boleh digunakan. Sistem pengaman indeks pin juga tidak efektif jika pin kuk rusak atau silinder terisi dengan gas yang salah.


Pin index safety system menghubungkan antara mesin anestesi dan silinder gas.
Gambar 4. Pin index safety system menghubungkan antara mesin anestesi dan silinder gas.

Berfungsinya sumber pasokan dan sistem pipa gas medis terus dipantau oleh sistem alarm pusat dan perifer. Lampu indikator dan sinyal yang terdengar memperingatkan perubahan ke sumber gas sekunder dan yang tinggi secara abnormal (misalnya, kerusakan fungsi regulator tekanan) atau rendah (misalnya, deplesi suplai) (Gambar 5).


Contoh panel alarm master yang memonitor tekanan saluran gas.
Gambar 5. Contoh panel alarm master yang memonitor tekanan saluran gas.

Mesin anestesi dan analiser gas anestesi modern terus menerus mengukur fraksi oksigen terinspirasi (FiO2). Analiser memiliki pengaturan ambang untuk FiO2 minimal yang bervariasi namun harus dikonfigurasi untuk mencegah penonaktifan alarm ini. Pemantauan FiO2 tidak mencerminkan konsentrasi oksigen distal terhadap port pemantauan dan tidak boleh digunakan untuk referensi konsentrasi oksigen di dalam perangkat distal seperti tabung endotrakeal. Karena pertukaran, laju aliran, dan shunting gas, perbedaan yang mencolok dapat terjadi antara konsentrasi FiO2 yang diindikasikan dan konsentrasi oksigen sebenarnya pada tingkat jaringan.


Faktor Lingkungan pada Ruang Operasi

Temperatur

Suhu di sebagian besar ruang operasi terasa dingin dan tidak nyaman bagi banyak pasien sadar dan kadang-kadang, untuk dokter anestesi. Namun, perawat scrub dan dokter bedah berdiri dalam pakaian bedah selama berjam-jam di bawah lampu ruang operasi yang panas. Sebagai prinsip umum, kenyamanan personil ruang operasi harus direkonsiliasi dengan perawatan pasien, dan pada pasien dewasa suhu harus dipertahankan antara 68°F (20°C) dan 75°F (24°C). Hipotermia telah dikaitkan dengan infeksi luka, gangguan koagulasi, kehilangan darah intraoperatif yang lebih besar, dan rawat inap yang berkepanjangan (lihat Termoregulasi, Hipotermi, dan Hipertermi Maligna).


Kelembaban

Dalam beberapa dekade terakhir, muatan listrik statis adalah sumber pengapian yang ditakuti di ruang operasi yang terisi dengan uap anestesi yang mudah terbakar. Sekarang kontrol kelembaban lebih relevan dengan praktik pengendalian infeksi. Tingkat kelembaban optimal di ruang operasi harus dijaga antara 20% dan 60%. Di bawah kisaran ini udara kering memfasilitasi mobilitas partikel udara, yang bisa menjadi vektor infeksi. Pada kelembaban tinggi, kelembaban dapat mempengaruhi integritas perangkat penghalang seperti kain steril dan duk.


Ventilasi

Laju aliran udara ruang operasi yang tinggi mengurangi kontaminasi di tempat operasi. Kecepatan aliran ini, biasanya dicapai dengan memadukan hingga 80% udara di sirkulasi dengan udara segar, direkayasa dalam cara untuk mengurangi aliran turbulen dan menjadi searah. Meskipun resirkulasi menghemat biaya energi yang terkait dengan pemanasan dan pendinginan udara, hal ini tidak sesuai untuk WAGD. Oleh karena itu, sistem pemulungan gas anestesi yang terpisah harus selalu melengkapi ruang operasi ventilasi. Ruang operasi harus mempertahankan tekanan yang sedikit positif untuk mengusir gas yang lolos dari pemulungan dan harus dirancang agar udara segar dihantarkan melalui, atau dekat, langit-langit dan udara yang kembali ditangani pada, atau dekat, lantai. Pertimbangan ventilasi harus harus ditujukan baik pada perubahan kualitas dan volume udara. National Fire Protection Agency (NFPA) merekomendasikan 20 pertukaran volume udara per jam untuk mengurangi risiko stagnasi dan pertumbuhan bakteri. Kualitas udara harus dipertahankan dengan penyaringan udara yang memadai dengan menggunakan filter 90%, didefinisikan secara sederhana sebagai salah satu yang menyaring 90% partikel yang ada. Walaupun filter high-efficiency particulate (HEPA) sering digunakan, tetapi tidak diharuskan oleh standar pengendalian teknik atau infeksi.


Kebisingan

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan terhadap kebisingan dapat berdampak buruk pada fungsi kognitif manusia, dan paparan yang berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan ruang operasi telah diukur pada 70-80 desibel (dB) dengan puncak suara sering melebihi 80 dB. Sebagai referensi, jika suara bicara harus dinaikkan di atas tingkat percakapan, maka kebisingan ambien diperkirakan mencapai 80 dB. Tingkat kebisingan di ruang operasi mendekati time-weighted average (TWA) untuk itu Occupational Safety and Helath Administration (OSHA) mengharuskan perlindungan pendengaran. Pahat udara ortopedi dan drill bedah saraf dapat mendekati tingkat kebisingan 125 dB, tingkat di mana sebagian besar subyek manusia mulai mengalami rasa sakit.


Radiasi Pengion

Dokter dan perawat anestesi terpapar radiasi, baik dalam pelayanan untuk pencitraan diagnostik atau terapi radiasi; seperti fluoroskopi, akselerator linier, computed tomography, terapi sinar terarah, terapi proton, dan radiografi diagnostik. Efek radiasi pada manusia diukur dengan satuan dosis yang diabsorbsi seperti gray (Gy) dan rad, atau satuan dosis yang setara seperti Sievert (Sv) dan Roentgen setara pada pria (Roentgen equivalent in man / REM). Organ sensitif radiasi seperti mata, tiroid, dan gonad harus dilindungi, begitu juga dengan darah, sumsum tulang belakang, dan janin. Tingkat radiasi harus dipantau jika individu terpapar lebih dari 40 REM, dan metode pengukuran yang paling umum adalah dengan film badge. Paparan seumur hidup dapat ditabulasikan oleh database pemakai film badge yang diperlukan.


Prinsip dasar keselamatan radiasi adalah menjaga paparan "as low as reasonably practical (serendah yang secara praktis masuk akal)" (ALARP). Prinsip ALARP mengoptimalisasi proteksi dari paparan radiasi dengan penggunaan waktu, jarak, dan perisai. Lama waktu pemaparan biasanya tidak menjadi masalah untuk radiografi sederhana seperti roentgen toraks tapi dapat menjadi bermakna dalam prosedur fluoroskopi seperti yang biasa dilakukan selama radiologi atau pulmonologi intervensi, penggunaan c-arm, dan pusat diagnostik gastroenterologi. Paparan dapat dikurangi dengan menambah jarak dengan sumber sinar. Paparan radiasi jarak jauh mengikuti hukum kuadrat terbalik. Sebagai ilustrasi, intensitas diwakili sebagai 1/d2 (di mana d = jarak) sehingga 100 milirad (mrads) pada 1 inci akan menjadi 0,01 mrads pada 100 inci. Perisai adalah bentuk proteksi radiasi yang paling dapat diandalkan; perisai pribadi umumnya berada dalam bentuk apron timbal, kerah tiroid, dan kacamata. Perisai fisik biasanya dimasukkan ke dalam pakaian radiologis dan bisa sesederhana seperti dinding untuk berdiri di belakang atau perisai bertimbal bergulir untuk ditempatkan antara balok dan dokter anestesi. Meski kebanyakan fasilitas paling modern didesain dalam cara yang sangat aman, dokter anestesi tetap dapat terpapar radiasi hambur dari partikel atom yang terpental dari perisai. Untuk alasan ini proteksi radiasi harus dipasang kapanpun radiasi pengion digunakan.


Karena penggunaan perisai yang andal telah meningkat, insidensi penyakit organ sensitif terkait radiasi telah menurun, kecuali katarak akibat radiasi. Hal ini disebabkan karena kacamata pelindung belum digunakan secara konsisten pada derajat yang sama seperti jenis perlindungan pribadi lainnya, katarak akibat radiasi meningkat di antara petugas yang bekerja di bagian radiologi intervensi. Dokter anestesi yang bekerja di lingkungan ini harus mempertimbangkan penggunaan goggle atau kacamata timbal untuk mengurangi risiko masalah-masalah seperti itu.


Keamanan Listrik

Risiko Sengatan Listrik

Penggunaan alat bantu medis elektronik menempatkan pasien dan personil rumah sakit terhadap risiko kejutan dan sengatan listrik. Dokter anestesi harus memiliki pemahaman tentang bahaya listrik dan pencegahannya.


Kontak tubuh dengan dua bahan konduktif pada potensial tegangan yang berbeda dapat melengkapi sirkuit dan menyebabkan sengatan listrik. Biasanya, satu titik paparan adalah konduktor 110-V atau 240-V yang hidup, dengan sirkuit dilengkapi melalui kontak di tanah. Misalnya, orang yang berdiri di atas tanah hanya perlu mengontak satu konduktor hidup untuk menutup sirkuit dan menerima kejutan listrik. Konduktor hidup bisa berupa bingkai monitor pasien yang mengalami kesalahan pada kawat panas saluran listrik.


Sirkuit menjadi lengkap antara kabel listrik (yang terhubung ke tanah di transformer pole-top perusahaan peralatan) melalui korban dan kembali ke tanah (Gambar 6). Efek fisiologis arus listrik tergantung pada lokasi, durasi, frekuensi, dan besar (lebih akuratnya, densitas arus) dari kejutan listrik.


Kondisi dari kebanyakan kejutan listrik.
Gambar 6. Kondisi dari kebanyakan kejutan listrik. Seseorang yang tidak sengaja berdiri di tanah secara simultan berkontak dengan kawat panas dari layanan listrik, biasanya melalui peralatan rusak yang terdapat jalur antara kawat panas dengan paparan permukaan konduktif. Loop listrik lengkap berasal dengan transfomator kutub kedua (sumber tegangan) dan menyebar melewati kawat panas, korban, dan kontak korban dengan tanah, bumi itu sendiri, ground rod netral pada jalur masuk layanan, dan kembali ke transfomator melalui kawat netral (atau tanah).


Dikutip dari: Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989


Kebocoran arus ada di semua peralatan listrik sebagai akibat dari kopling kapasitif, induksi antara komponen listrik internal, atau kerusakan insulasi. Arus dapat mengalir sebagai hasil kopling kapasitif antara dua benda konduktif (misalnya papan sirkuit dan casingnya) meskipun tidak terhubung secara fisik. Beberapa monitor terisolasi ganda untuk mengurangi efek kopling kapasitif. Monitor lain dirancang untuk dihubungkan ke tanah dengan impedansi rendah (safety ground wire) yang seharusnya mengalihkan arus dari seseorang yang menyentuh kotak instrumen. Besarnya kebocoran tersebut biasanya tidak dapat disentuh (<1 mA, dan jauh di bawah ambang fibrilasi 100 mA). Bagaimanapun, jika arus ini melewati resistensi tinggi yang ada pada kulit, dan diterapkan langsung ke jantung (mikrosyok), arus serendah 100 μA bisa berakibat fatal. Kebocoran maksimum yang diizinkan pada peralatan kamar operasi adalah 10 μA.


Cardiac pacing wires dan kateter pemantauan invasif memberikan jalur konduktif langsung ke miokardium. Pada kenyataannya, darah dan larutan garam dapat berfungsi sebagai konduktor elektrik. Jumlah arus yang dibutuhkan untuk menghasilkan fibrilasi bergantung pada waktu kejutan relatif terhadap periode rentannya repolarisasi jantung (gelombang T pada elektrokardiogram). Bahkan perbedaan kecil dalam potensial antara hubungan tanah dari dua outlet listrik pada ruang operasi yang sama dapat menempatkan pasien pada risiko mikroelektrokusi.


Proteksi dari Kejutan Listrik

Pasien biasanya tersengat listrik yang berasal dari aliran arus konduktor hidup dari sirkuit grounded melalui tubuh kemudian kembali ke tanah (Gambar 6). Hal ini dapat dicegah jika semua yang ada di ruang operasi grounded, kecuali pasien. Walaupun penempatan pasien langsung pada ground harus dihindari, isolasi sempurna pasien tidak dapat dilakukan selama pembedahan. Sebaliknya, suplai daya ruang operasi dapat diisolasi dari ground oleh transformer isolasi (Gambar 7).


Diagram sirkuit transformator dan monitor isolasi.
Gambar 7. Diagram sirkuit transformator dan monitor isolasi.

Tidak seperti transformator pole top pabrikan, kabel sekunder dari transformator isolasi tidak tersambung ke bumi dan menyediakan dua jalur voltase hidup untuk perlengkapan ruang operasi. Casing peralatan – tapi bukan sirkuit listrik – tersambung dengan bumi melalui bilah terpanjang dari plug tiga cabang (safety ground). Apabila kawat listrik kemudian tidak sengaja terhubung dengan pasien yang menginjak tanah, arus tidak akan mengalir melalui pasien karena tidak ada rangkaian tertutup yang kembali ke koil sekunder (Gambar 8).


Sirkuit terisolasi.
Gambar 8. Meskipun seseorang terhubung ke tanah, tidak ada kejutan listrik yang dihasilkan dari kontak dengan satu kabel dari sirkuit yang terisolasi. Individu berada dalam kontak simultan dengan dua sumber tegangan terpisah tetapi tidak menutup sirkuit listrik dengan sumber manapun.


Dikutip dan dimodifikasi dari: Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989


Tentu saja, jika kedua kabel listrik dihubungkan, sirkuit akan sempurna dan kejutan listrik mungkin terjadi. Selain itu, jika salah satu saluran listrik bersentuhan dengan tanah melalui sebuah kesalahan, kontak dengan kabel listrik lainnya akan melengkapi rangkaian melalui pasien yang berada di tanah. Untuk mengurangi kemungkinan dua kesalahan yang ada bersamaan, monitor saluran isolasi (line isolation monitor) mengukur potensial aliran arus dari suplai daya yang terisolasi ke tanah (Gambar 9).


Monitor saluran isolasi.
Gambar 9. Monitor saluran isolasi.


Dikutip dan dimodifikasi dari: Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989


Pada dasarnya, monitor saluran isolasi menentukan derajat isolasi antara kedua kabel daya dan tanah dan memprediksi jumlah arus yang bisa mengalir jika sirkuit pendek kedua akan dikembangkan. Alarm diaktifkan jika arus tinggi yang tidak dapat diterima ke tanah menjadi mungkin (biasanya 2 mA atau 5 mA), tapi daya tidak terganggu kecuali ground-fault circuit interrupter juga diaktifkan. Hal yang terakhir, sebuah fitur dari kamar mandi dan dapur rumah, biasanya tidak dipasang di lokasi seperti ruang operasi, di mana terhentinya sistem pendukung kehidupan (misalnya, mesin bypass kardiopulmoner) lebih berbahaya daripada risiko sengatan listrik. Alarm dari monitor saluran isolasi hanya menunjukkan bahwa suplai daya sebagian telah dikembalikan ke sistem grounded. Dengan kata lain, sementara monitor saluran isolasi memperingatkan adanya satu kesalahan (antara saluran kabel listrik dan tanah), diperlukan dua kesalahan agar terjadi kejutan. Karena monitor saluran isolasi memperingatkan ketika jumlah kebocoran arus melebihi ambang batas yang ditetapkan, peralatan yang terakhir ditambahkan biasanya rusak; namun, jika benda ini mendukung kehidupan, peralatan lain dapat dikeluarkan dari sirkuit untuk mengevaluasi apakah benda keselamatan hidup ini benar-benar salah.


Bahkan sirkuit listrik yang terisolasi tidak memberikan perlindungan lengkap dari arus kecil yang mampu menyebabkan fibrilasi mikrosyok. Selanjutnya, monitor saluran isolasi tidak dapat mendeteksi semua kesalahan, seperti kawat ground keamanan yang rusak di dalam peralatan. Namun, terdapat desain peralatan yang menurunkan kemungkinan mikroelektrokusi. Desain ini meliputi insulasi ganda chassis dan casing, suplai daya baterai ungrounded, dan isolasi pasien dari peralatan yang terhubung dengan tanah dengan menggunakan optical coupling atau transfomator.


Pada edisi terakhir U.S. NFPA 99 Health Care Facilities Code, sistem pembangunan yang dibutuhkan suatu fasilitas –termasuk sistem listrik– didasarkan pada penilaian risiko yang dilakukan oleh personel fasilitas dengan masukan dari pemberi layanan kesehatan. Tingkat risiko dikategorikan dalam tingkatan sebagai berikut:

  1. Kategori 1 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan atau sistem tersebut mungkin menyebabkan cedera mayor atau kematian pada pasien atau pemberi perawatan
  2. Kategori 2 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan mungkin menyebabkan cedera minor pada pasien atau pemberi perawatan
  3. Kategori 3 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan tidak mungkin menyebabkan cedera pada pasien atau pemberi perawatan, tetapi dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien
  4. Kategori 4 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan tidak menimbulkan dampak apapun pada pasien

Lokasi dan sistem kategori 1 akan memiliki reliabilitas dan redundansi terbesar; kategori yang lebih kecil akan memiliki persyaratan yang lebih longgar. Seluruh kode di bawah NFPA 99 edisi 2012 akan ditentukan oleh kategori penilaian risiko. Di bawah kode listrik, ruangan operasi didefinisikan sebagai lokasi basah yang memerlukan sistem listrik dengan risiko bahaya kejutan listrik rendah. Apabila ruang operasi digunakan untuk prosedur tanpa paparan cairan, seperti ruangan yang digunakan untuk pemasangan akses vena sentral atau prosedur operasi mata, rumah sakit dapat melakukan penilaian risiko dan mengklasifikasi ulang ruang operasi sebagai area yang tidak basah.


Diatermi Pembedahan (Elektrokauter, Electrosurgery)

Electrosurgical units (ESU) menghasilkan arus listrik berfrekuensi sangat tinggi (ultrahigh)yang mengalir dari elektroda aktif kecil (ujung kauter) melalui pasien dan keluar melaluielektroda lempeng besar (dispersal pad, atau elektroda balik/return electrode). Kerapatan arus tinggi di ujung kauter mampu melakukan koagulasi jaringan atau pemotongan, tergantung pada bentuk gelombang listrik. Fibrilasi ventrikel dicegah dengan penggunaan listrik frekuensi sangat tinggi (ultrahigh) (0,1-3 MHz) dibandingkan dengan line power (50-60 Hz). Luas permukaan yang besar dari elektroda balik dengan impedansi rendah menghindari luka bakar pada titik keluar arus dengan memberikan kerapatan arus yang rendah (konsep keluar secara teknis salah, karena arusnya mengalir secara bergantian bukan langsung). Tingkat daya tinggi dari ESU (hingga 400 W) dapat menyebabkan kopling induktif dengan kabel monitor, yang menyebabkan gangguan listrik.


Malfungsi dispersal pad dapat terjadi akibat pemutusan dari ESU, kontak pasien yang tidak memadai, atau gel konduktif yang tidak mencukupi. Dalam situasi ini, arus akan menemukan tempat lain untuk keluar (misalnya, bantalan elektrokardiogram atau bagian logam dari meja operasi), yang dapat menyebabkan luka bakar (Gambar 10). Tindakan pencegahan untuk mencegah luka bakar diatermi mencakup penempatan elektroda yang tepat, menghindari protesa prostesis dan protuberensia tulang, serta eliminasi kontak pasien dengan tanah. Aliran arus melalui jantung dapat menyebabkan malfungsi pacemaker jantung implan atau defibrilator kardioverter. Risiko ini dapat diminimalisir dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan lapangan pembedahan dan sejauh mungkin dari peralatan implant jantung.


Luka bakar electrosurgical.
Gambar 10. Luka bakar electrosurgical. Apabila jalur yang dimaksudkan terganggu, sirkuit dapat tertutup melalui rute lain. Karena arusnya berfrekuensi tinggi, adanya konduktor tidaklah penting; kapasitansi dapat menutup celah pada sirkuit. Arus yang mengalir melalui pasien ke kontak area kecil dapat menimbulkan luka bakar. (Duk penutup kaki tidak akan memberikan proteksi pada situasi yang digambarkan). Output electrosurgical unit (ESU) yang terisolasi mungkin dapat menimbulkan luka bakar pada titik ektopik dibandingkan dengan ground-referenced ESU. Ground-referenced dalam konteks ini berlaku untuk output ESU dan tidak memiliki kaitan apapun dengan sistem daya terisolasi versus grounded.


Dikutip dan dimodifikasi dari: Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989


ESU yang lebih baru diisolasi dari tanah menggunakan prinsip yang sama seperti suplai daya terisolasi (keluaran terisolasi versus ground-referenced unit). Karena lapisan perlindungan kedua ini memberi ESU dengan suplai daya terisolasi mereka sendiri, monitor saluran isolasi ruang operasi mungkin tidak mendeteksi adanya kesalahan listrik. Meskipun beberapa ESU mampu mendeteksi kontak yang buruk antara elektroda balik dan pasien dengan memantau impedansi, banyak unit yang lebih tua memicu alarm hanya jika elektroda balik dicabut dari mesin. Elektroda bipolar membatasi propagasi arus ke beberapa milimeter, sehingga menghilangkan kebutuhan elektroda balik. Karena interferensi pacemaker dan elektrokardiogram mungkin terjadi, denyut atau suara jantung harus dipantau secara ketat saat digunakan ESU apapun. Alat defibrilasi kardioversi implan otomatis mungkin perlu untuk ditangguhkan jika ESU monopolar digunakan, dan setiap peralatan jantung yang diimplantasi harus diperiksa setelah penggunaan ESU monopolar.


Kebakaran dan Cedera Termal saat Operasi

Pencegahan dan Persiapan Kebakaran

Kebakaran saat prosedur operasi relatif jarang terjadi, dengan insidensi sekitar 1: 87.000 kasus, yang mendekati tingkat insidensi kejadian lain seperti tertinggalnya benda asing setelah operasi dan operasi di tempat yang salah. Hampir semua kebakaran saat operasi bisa dicegah (Gambar 11). Tidak seperti komplikasi medis, kebakaran adalah produk dari sifat fisik dan kimia sederhana. Terjadinya hal ini dijamin karena adanya kombinasi faktor yang tepat, tetapi bisa dieliminasi hampir seluruhnya dengan memahami prinsip dasar risiko kebakaran. Faktor risiko kebakaran saat bedah yang paling umum berkaitan dengan penghantaran terbuka oksigen.


Algoritma Pencegahan Kebakaran di Ruang Operasi.
Gambar 11. Algoritma Pencegahan Kebakaran di Ruang Operasi.


Dikutip dan dimodifikasi dari: Anesthesia Patient Safety Foundation.


Situasi yang diklasifikasikan sebagai risiko tinggi untuk kebakaran saat prosedur operasi adalah yang melibatkan sumber api yang terletak di dekat pengoksidasi. Kombinasi kimia sederhana yang dibutuhkan untuk setiap kebakaran biasanya disebut sebagai trias kebakaran atau segitiga kebakaran. Trias ini terdiri dari bahan bakar, oksidator, dan sumber pengapian (panas). Tabel 2 mencantumkan kontributor potensial untuk kebakaran dan ledakan di ruang operasi. Kebakaran saat prosedur operasi dapat dikelola dan mungkin dihindari sepenuhnya dengan melibatkan pendidikan, latihan kebakaran, persiapan, pencegahan, dan respon ke dalam program pendidikan yang diberikan kepada personil ruang operasi.


Tabel 2. Kontributor potensial terhadap kebakaran dan ledakan di ruang operasi.

Agen mudah terbakar (bahan bakar)

    Larutan, aerosol, dan salep

        Alkohol

        Klorheksidin

        Benzoin

        Mastisol

        Aseton

        Produk petroleum

    Penutup pembedahan (kertas dan kain)

    Gaun bedah

    Spons dan paket bedah

    Benang dan pisau bedah

    Produk plastik/polivinil klorida/lateks

        Pipa endotrakea

        Masker

        Kanula

        Selang

    Gas usus

    Rambut

Gas yang mendukung kombustio (pengoksidasi)

    Oksigen

    Nitrogen oksida

Sumber api (panas)

    Laser

    Unit electrosurgical

    Sumber lampu serat optik (ujung distal)

    Bor dan burr

    Defibrilator eksterna


Untuk dokter dan perawat anestesi, pendidikan pencegahan kebakaran harus menempatkan penekanan berat pada risiko terkait dengan penghantaran oksigen secara terbuka. The Anesthesia Patient Safety Foundation telah mengembangkan sebuah video pengajaran dan modul pembelajaran online yang menyediakan pendidikan keselamatan kebakaran dari perspektif dokter dan perawat anestesi.


Latihan kebakaran di ruang operasi meningkatkan kesadaran akan bahaya kebakaran yang terkait dengan prosedur pembedahan. Berbeda dengan latihan kebakaran khas institusional, latihan ini harus spesifik terhadap ruang operasi dan harus memberi penekanan lebih besar pada risiko tertentu yang terkait dengan pengaturan itu. Misalnya, pertimbangan harus diberikan pada evakuasi vertikal dan horizontal pasien bedah, pergerakan pasien yang memerlukan bantuan ventilasi, dan situasi unik seperti pengaturan posisi pronasi atau lateral dan pergerakan pasien yang mungkin terfiksir pada pin bedah saraf.


Persiapan untuk kebakaran saat bedah dapat dimasukkan ke dalam proses time-out dari protokol universal. Anggota tim harus diperkenalkan dan peran spesifik jika terjadi kebakaran disepakati. Benda yang dibutuhkan untuk mengelola api dengan benar dapat disusun atau diidentifikasi terlebih dahulu (misalnya, memastikan pipa endotrakea yang tepat untuk pasien yang menjalani operasi laser; memiliki air atau larutan garam yang siap di lapang bedah; identifikasi lokasi alat pemadam kebakaran, katup pemutus gas, dan rute penyelamatan). Poster atau lembar kerja untuk menstandarisasi persiapan mungkin bermanfaat.


Mencegah kebakaran yang mengerikan di ruang operasi dimulai dengan komunikasi yang baik di antara semua anggota tim bedah. Aspek berbeda dari trias kebakaran biasanya berada di bawah domain anggota tim bedah tertentu. Bahan bakar seperti larutan berbasis alkohol, penghilang perekat, dan duk serta handuk bedah biasanya dikendalikan oleh perawat. Sumber pengapian seperti elektrokauter, laser, bor, burr, dan sumber cahaya untuk lampu kepala dan laparoskopi biasanya dikendalikan oleh dokter bedah. Dokter atau perawat anestesi mempertahankan kontrol konsentrasi oksidator oksigen dan nitrogen oksida. Komunikasi antar personel dicontohkan saat seorang dokter bedah memverifikasi konsentrasi oksigen sebelum menggunakan kauter, atau ketika dokter atau perawat anestesi meminta sirkulator ruang operasi untuk mengangkat duk agar tidak terjadi akumulasi oksigen dalam kasus bedah yang melibatkan penghantaran oksigen melalui nasal kanul.


Pemberian oksigen dalam konsentrasi lebih dari 30% harus dipandu oleh gambaran klinis pasien dan tidak semata-mata oleh protokol atau kebiasaan. Peningkatan aliran oksigen yang dihantarkan melalui nasal kanul atau masker wajah berpotensi membahayakan. Jika kadar oksigen yang meningkat diperlukan, khususnya ketika titik operasi di atas level xiphoid, maka jalan napas harus diamankan dengan pipa endotrakea atau alat bantu napas supraglotis.


Bila lokasi operasi berada di atau di dekat jalan napas dan terdapat tabung yang mudah terbakar, konsentrasi oksigen harus dikurangi untuk jangka waktu yang cukup sebelum penggunaan perangkat pengapian (misalnya, laser atau kauterisasi) untuk memungkinkan pengurangan konsentrasi oksigen pada titik operasi. Pembedahan laser jalan napas harus memasukkan baik ventilasi jet tanpa pipa endotrakeal atau pipa endotrakea pelindung yang sesuai yang spesifik untuk panjang gelombang laser. Tindakan pencegahan untuk kasus laser akan diuraikan pada kasus di bagian bawah tulisan ini.


Preparat kulit berbasis alkohol sangat mudah terbakar dan membutuhkan waktu pengeringan yang memadai. Penggenangan larutan harus dihindari. Swab dari larutan berbasis alkohol yang telah terisi sebelumnya dan banyak harus digunakan dengan hati-hati di kepala atau leher untuk menghindari kejenuhan yang berlebih dari produk dan berlebihannya limbah yang mudah terbakar. Sisipan kertas di produk adalah sumber informasi yang baik tentang preparat ini. Kasa dan spons bedah harus dibasahi dengan air atau larutan garam steril jika digunakan di dekat sumber pengapian


Jika terjadi kebakaran di ruang operasi, penting untuk menentukan apakah api terletak pada pasien, di jalan napas, atau di tempat lain di ruang operasi. Untuk kasus kebakaran pada jalan napas, penghantaran gas segar ke pasien harus dihentikan. Cara efektif untuk menghentikan gas segar ke pasien dapat dilakukan dengan mematikan flowmeters, melepaskan sirkuit dari mesin, atau melepaskan sirkuit dari pipa endotrakea. Pipa endotrakea harus dilepas dan baik air atau larutan garam steril harus dituangkan ke jalan napas untuk memadamkan bara api. Urutan penghentian aliran gas dan pelepasan pipa endotrakea saat kebakaran terjadi di jalan napas tidak sepenting memastikan kedua tindakan dilakukan dengan cepat. Seringkali kedua tugas itu bisa diselesaikan pada saat bersamaan dan bahkan oleh individu yang sama. Jika dilakukan oleh anggota tim yang berbeda, personil harus bertindak tanpa menunggu urutan kejadian yang telah ditentukan. Setelah tindakan ini dilakukan, ventilasi dapat dilanjutkan, sebaiknya menggunakan udara ruang dan menghindari gas yang diperkaya dengan oksigen atau nitrogen. Selang napas dan pipa endotrakea harus diperiksa untuk adanya potongan yang hilang. Jalan napas harus dibuat kembali dan, jika diindikasikan, diperiksa dengan bronkoskopi fiberoptik. Terapi untuk inhalasi asap dan transfer ke pusat luka bakar harus dipertimbangkan.


Untuk kebakaran pada pasien, aliran gas pengoksidasi harus dihentikan, duk bedah dilepas, dan api dipadamkan dengan air atau sesuatu. Pasien harus dinilai apakah mengalami cedera atau tidak. Jika api tidak segera padam dengan usaha pertama, maka pemadam api karbon dioksida (CO2) dapat digunakan. Tindakan lebih lanjut mungkin termasuk evakuasi pasien dan aktivasi alarm pull station terdekat. Seperti disebutkan sebelumnya, sebelum keadaan darurat yang sebenarnya, lokasi alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, dan katup pemutusan gas harus ditetapkan oleh dokter anestesi.


Kebakaran yang mengakibatkan cedera yang memerlukan perawatan medis atau kematian harus dilaporkan ke petugas pemadam kebakaran, yang memiliki yurisdiksi atas fasilitas tersebut. Penyedia harus mendapatkan keakraban dasar dengan standar pelaporan lokal, yang dapat bervariasi sesuai dengan lokasi.


Kasus di mana penghantaran oksigen tambahan digunakan dan titik bedah berada di atas xiphoid membentuk skenario yang paling sering dilaporkan untuk kebakaran bedah. Seringkali, wajah atau jalan nafas terlibat, mengakibatkan luka yang mengancam jiwa atau cedera yang mengganggu karakter wajah secara berat. Kebakaran ini hampir selalu dapat dihindari dengan menghilangkan penghantaran oksigen secara terbuka.


Pemadam Api

Untuk kebakaran yang tidak terhalang oleh upaya awal, atau kebakaran dengan evakuasi yang mungkin terhalang oleh lokasi atau intensitas api, penggunaan alat pemadam api portabel diperlukan. Pemadam CO2 aman untuk kebakaran pada pasien di ruang operasi. CO2 mudah menghilang, tidak beracun, dan saat digunakan dalam api yang sebenarnya tidak mungkin mengakibatkan luka termal. FE-36, produk DuPont yang berharga lebih mahal, juga dapat digunakan.


Alat pemadam kebakaran bernilai “A” mengandung air, membuat penggunaannya di ruang operasi bermasalah karena banyaknya peralatan listrik. Pemadam api water mist (kabut air) bernilai “AC” sangat bagus tapi membutuhkan waktu dan volume kabut yang cukup banyak dalam beberapa kali upaya untuk memadamkan api. Selain itu, perangkat-perangkat ini berukuran besar dan sulit untuk bermanuver. Keduanya dapat dibuat murah dalam sebuah alat pemadam nonferromagnetik, menjadikan mereka pilihan terbaik untuk mengatasi kebakaran yang melibatkan peralatan magnetic resonance imaging. Alat pemadam halon, meskipun sangat efektif, telah dihapus karena kekhawatiran tentang penipisan lapisan ozon dan karena atmosfer hipoksik yang dihasilkan untuk penyelamat. Halotron adalah pemadam api jenis halon yang mungkin memiliki efek lebih sedikit pada lapisan ozon.


Keamanan Laser

Laser seringkali dipergunakan pada ruang operasi maupun area prosedur. Saat laser digunakan di saluran napas atau untuk prosedur yang melibatkan leher dan wajah, kasus ini harus dianggap berisiko tinggi untuk terjadinya kebakaran saat bedah dan dikelola seperti yang telah dibahas sebelumnya. Jenis laser (CO2, neodymium yttrium aluminium garnet [Nd: YAG], atau potassium titanyl phosphate [KTP]), panjang gelombang, dan panjang fokus merupakan pertimbangan penting untuk operasi laser medis yang aman. Tanpa informasi penting ini, personil ruang operasi tidak dapat melindungi diri mereka atau pasien dengan baik dari bahaya. Sebelum memulai operasi laser, perangkat laser harus berada di ruang operasi, tanda peringatan harus dipasang di pintu, dan kacamata pelindung harus dikeluarkan. Penyedia anestesi harus memastikan bahwa tanda dan kacamata peringatan sesuai dengan pelabelan pada perangkat karena proteksi spesifik terhadap jenis laser. Standar dari The American National Standards Institute (ANSI) menentukan bahwa perangkat kacamata dan laser harus diberi label untuk panjang gelombang yang dipancarkan atau proteksi yang ditawarkan. Beberapa laser oftalmologi dan laser pemindai vaskular memiliki panjang fokus pendek sehingga kacamata pelindung tidak diperlukan. Untuk perangkat lain, kacamata pelindung harus dipakai oleh personil setiap saat selama penggunaan laser, dan pelindung mata berupa kacamata atau penutup mata pelindung harus digunakan pada pasien.


Pemilihan pipa endotrakea laser harus didasarkan pada jenis laser dan panjang gelombang. Sisipan dan pelabelan produk untuk setiap jenis pipa endotrakea harus dibandingkan dengan jenis laser yang digunakan. Pipa endotrakea yang berdiameter < 4,0 mm tidak kompatibel dengan laser Nd: YAG atau argon, dan pipa yang kompatibel dengan Nd: YAG tidak tersedia ukuran setengah. Upaya untuk membungkus pipa endotrakea konvensional dengan foil harus dihindari. Metode kuno yang tidak disetujui oleh produsen maupun U.S. Food and Drug Administration ini cenderung melanggar atau membongkar, dan tidak memberikan perlindungan lengkap terhadap penetrasi laser. Sebagai alternatif, ventilasi jet tanpa pipa endotrakea dapat menawarkan penurunan risiko kebakaran saluran napas.


Manajemen SDM: Menciptakan Budaya Keamanan di Ruang Operasi

Manajemen SDM (sumber daya manusia) dikembangkan di industri penerbangan untuk mempromosikan kerja sama dalam tim dan untuk memungkinkan personil melakukan intervensi atau meminta penyelidikan atas situasi yang dianggap tidak aman. Terdiri dari tujuh prinsip, tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Dalam model penerbangan, SDM memberi wewenang kepada awak pesawat untuk mempertanyakan situasi yang jatuh di luar jangkauan praktik normal. Sebelum implementasi manajemen SDM, anggota kru lain yang kapten punya sedikit atau tanpa masukan pada operasi pesawat terbang Setelah manajemen SDM diluncurkan, siapa pun yang mengidentifikasi masalah keamanan dapat mengambil langkah untuk memastikan penyelesaian situasi yang memadai. Manfaat metode ini di ruang operasi sudah jelas, mengingat potensi kesalahan mematikan yang akan dibuat.


Tujuh prinsip manajemen SDM adalah (1) kemampuan beradaptasi/fleksibilitas, (2) ketegasan, (3) komunikasi, (4) pengambilan keputusan, (5) kepemimpinan, (6) analisis, dan (7) kesadaran situasional.

 

Kemampuan beradaptasi/fleksibilitas mengacu pada kemampuan untuk mengubah tindakan saat informasi baru tersedia. Misalnya, jika pembuluh darah utama secara tidak sengaja terpotong saat prosedur rutin, dokter anestesi harus menyadari bahwa rencana anestesi telah berubah dan resusitasi volume harus dilakukan bahkan dengan adanya kondisi medis yang biasanya mengkontraindikasikan pemberian cairan bervolume besar.


Ketegasan adalah kemauan dan kesiapan untuk secara aktif berpartisipasi, menyatakan, dan mempertahankan suatu posisi sampai diyakinkan oleh fakta bahwa pilihan lain lebih baik; hal ini membutuhkan inisiatif dan keberanian untuk bertindak. Misalnya, jika seorang dokter bedah senior dan yang dihormati memberi tahu dokter anestesi bahwa stenosis aorta pasien tidak menjadi masalah karena ini adalah kondisi kronis dan prosedurnya akan relatif cepat, dokter anestesi harus berespon dengan menyuarakan kekhawatiran tentang manajemen pasien dan tidak boleh melanjutkan sampai rencana anestesi dan bedah yang aman telah disepakati.


Komunikasi didefinisikan hanya sebagai pengiriman dan penerimaan informasi, instruksi, atau perintah yang jelas dan akurat, dan memberikan umpan balik yang berguna. Komunikasi adalah proses dua arah dan harus dilanjutkan secara berkelanjutan.


Pengambilan keputusan adalah kemampuan untuk menggunakan penilaian logis dan menyuarakan penilaian untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Proses pengambilan keputusan dilibatkan ketika seorang klinisi yang kurang berpengalaman mencari saran dari dokter yang lebih berpengalaman atau ketika seseorang menolak keputusan klinis penting karena kelelahan. Pengambilan keputusan yang baik didasarkan pada realisasi keterbatasan pribadi.


Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan anggota kru lainnya dan untuk mendorong kru untuk bekerja sama sebagai satu tim. Analisis mengacu pada kemampuan untuk mengembangkan rencana jangka pendek, jangka panjang, danrencana cadangan, serta untuk mengkoordinasikan, mengalokasikan, dan memantau awak dan sumber daya ruang operasi.


Prinsip terakhir dan terpenting adalah kesadaran situasional; artinya, keakuratan persepsi seseorang terhadap lingkungan saat ini tercermin pada realitas. Di ruang operasi, kurangnya kesadaran situasional dapat menghabiskan menit-menit berharga, seperti saat pembacaan dari monitor (misalnya, kapnograf atau arterial line) tiba-tiba berubah dan operator memusatkan perhatian pada monitor dan bukan pada pasien, yang mungkin memiliki emboli. Seseorang harus memutuskan apakah monitor benar dan pasiennya sakit kritis atau monitor salah dan pasiennya berada dalam kondisi baik. Metode pemecahan masalah yang digunakan harus mempertimbangkan kedua kemungkinan namun mengeliminasi satu secara cepat. Dalam skenario ini, penglihatan terowongan bisa mengakibatkan bencana. Selanjutnya, jika sampling line terlepas dan kapnograf mengindikasikan CO2 akhir tidal yang rendah, temuan ini tidak mengeksklusi kemungkinan bahwa pada saat bersamaan emboli paru mungkin terjadi, mengakibatkan penurunan CO2 akhir tidal.


Jika semua anggota tim ruang operasi menerapkan tujuh prinsip ini, masalah yang timbul dari faktor manusia hampir dapat dieliminasi seluruhnya. Budaya keselamatan juga harus ada jika ruang operasi akan dijadikan tempat yang lebih aman. Tujuh prinsip ini tidak berguna bila diterapkan pada lingkungan ruang operasi yang supresif. Siapa pun yang memiliki kepedulian harus mampu berbicara tanpa rasa takut akan reperkusi.


Peran Lembaga Akreditasi dan Badan Regulasi

Di Amerika Serikat, Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) mendorong banyak kebijakan dan prosedur yang dimandatkan untuk dilakukan oleh fasilitas. Usaha untuk menurunkan klaim yang menipu dan disparitas dalam tingkat perawatan termasuk keharusan sertifikasi dari lembaga akreditasi seperti Joint Commission, Det Norske Veritas/Germanischer Lloyd, dan lainnya.


Badan akreditasi ini memeriksa proses dan prosedur dan juga memastikan fasilitas memiliki kebijakan yang sesuai dan bahwa kebijakan ini benar-benar dipatuhi. Prosesnya mungkin melibatkan studi mandiri yang diajukan oleh fasilitas dan juga kunjungan lapangan yang dilakukan oleh tim dari berbagai profesional medis yang memeriksa fasilitas, mengamati operasi, dan membandingkan observasi dengan kebijakan dan studi mandiri.


Akreditor menggunakan undang-undang, kode, dan standar untuk menentukan apakah suatu fasilitas melaksanakan perawatan sesuai dengan praktik terbaik saat ini. Penyedia anestesi harus diberi tahu bahwa pedoman, rekomendasi, dan nasihat biasanya tidak boleh digunakan oleh akreditor untuk menentukan praktik terbaik. Rekomendasi, nasihat, dan pedoman membawa tingkat bukti yang lebih rendah daripada standar, dan seringkali merupakan pendapat yang berpendidikan. Banyak lembaga akreditasi mempertahankan kebijakan yang melarang penggunaan apa pun selain standar atau kode untuk menentukan akreditasi. Fasilitas harus diingatkan bahwa kadang-kadang pengunjung tempat dapat mengeluarkan kutipan secara tidak benar berdasarkan opini ini. Semua agen akreditasi mempertahankan proses banding untuk kutipan, dan jika kutipan yang tampaknya tidak beralasan dikeluarkan, administrator fasilitas mungkin ingin mempertimbangkan opsi ini.


Pengunjung tempat sering mengutip dokter anestesi untuk kereta anestesi yang tidak terkunci dan mengenakan pakaian tertentu yang dianggap sebagai risiko infeksi. Namun, kutipan ini sering dikeluarkan tanpa dasar. Berkenaan dengan kereta yang terkunci, penilaian yang lebih tepat adalah apakah kereta anestesi aman. Karena sebagian besar kamar operasi berada dalam ruangan yang dikendalikan akses, area ini dianggap sebagai area yang aman, dan selama ruang operasi tidak dibiarkan tanpa pengawasan, skenario ini harus sesuai dengan masalah keamanan terkait obat-obatan.


Mengenai pakaian ruang operasi, pengunjung tempat dapat merujuk rekomendasi Association of Perioperative Registered Nurses (AORN) untuk pakaian ruang operasi, yang membatasi pemakaian scrub dan jaket pribadi dan mengharuskan pakaian bedah dicuci di fasilitas perawatan kesehatan. Namun, rekomendasi semacam itu hanyalah pendapat profesional karena kurangnya bukti klinis. Jika studi yang tersedia menunjukkan hubungan langsung antara pencucian di rumah sakit dan tingkat infeksi di titik pembedahan, maka hal ini akan menjadi standar yang didukung oleh bukti dan bukan hanya rekomendasi. Organisasi seperti American Society of Anesthesiologists (ASA) dan American College of Surgeons (ACS) memiliki pernyataan posisional dan komite yang fokus untuk membantu klarifikasi ketika mengakreditasi kutipan yang berkonflik dengan bukti klinis (atau ketiadaan bukti)


Kode dan peraturan bukanlah subyek terhadap pendapat seperti itu, dan kutipan akreditasi yang berdasarkan konflik dengan kode atau peraturan biasanya valid. Namun, kode dan peraturan secara teratur menjalani peninjauan ulang dan revisi, dan pengawas akreditasi situs mungkin tidak menggunakan versi terbaru sebagai referensi.


Keselamatan paling baik didorong oleh budaya, dan upaya untuk mengatur perilaku aman dengan hanya membuat kebijakan harus dihindari. Dengan asumsi bahwa petugas kesehatan tidak berusaha untuk melakukan tindakan berbahaya, tetapi justru membantu orang lain, banyak kesalahan atau pelanggaran keamanan kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor seperti teknik yang buruk, tekanan produksi, proses yang tidak konsisten, atau kombinasi dari semuanya ini. Perbaikan dan pemeriksaan desain serta perbaikan kesalahan sistem jauh lebih efektif dalam mempromosikan keselamatan pasien dan tim ruang operasi daripada membuat kebijakan.


Desain Ruang Operasi di Masa Depan

Teknologi Safety Interlock

Meskipun kesadaran tinggi akan faktor keamanan dan peningkatan upaya pendidikan di antara personil ruang operasi, bahaya bagi pasien masih terjadi pada kecepatan yang kebanyakan industri dan publik nilai sangat tinggi dan tidak dapat diterima. Demikian pula, meski ada ancaman pemotongan pembayaran, penilaian publik terhadap petugas medis dan sistem rumah sakit, situs web penyedia rating, dan konsekuensi hukuman legal, faktor manusia yang mengakibatkan kesalahan medis belum sepenuhnya dihapuskan. Di masa depan, desain yang direkayasa untuk keselamatan dapat membantu dalam menurunkan kesalahan medis. Salah satu area pengembangan adalah penggunaan perangkat interlock di ruang operasi. Perangkat interlock adalah hanya sebuah perangkat yang tidak dapat dioperasikan sampai urutan kejadian yang didefinisikan terjadi. Petugas anestesi menggunakan teknologi interlock dengan alat penguap anestesi yang mencegah penggunaan lebih dari satu alat penguap pada saat itu. Perluasan teknologi ini dapat mencegah pelepasan obat dari alat pengeluaran otomatis sampai barcode dipindai dari gelang lengan pasien di rumah sakit atau, setidaknya, alergi obat pasien telah dimasukkan ke dalam mesin database. Aplikasi lain mungkin termasuk perangkat electrosurgical atau laser yang tidak dapat digunakan saat kadar FiO2 lebih tinggi dari 30%, sehingga meminimalisir risiko kebakaran. Demikian juga, komputer, monitor, dan perangkat lainnya dapat dirancang agar tidak bisa dioperasi sampai identifikasi pasien dikonfirmasi.


Desain Alur Kerja

Mengkoordinasikan kegiatan personil bedah, dokter anestesi, dan perawat di ruang operasi sangat penting untuk menjalankan rangkaian operasi sehari-hari. Direktur klinis di fasilitas mulai dari satu atau dua ruang suite hingga pusat-pusat multiruang harus mengakomodasi prosedur operasi dari jangka waktu yang bervariasi, memerlukan berbagai tingkat keterampilan dan efisiensi bedah, sementara memungkinkan operasi yang tiba-tiba, tidak terencana, atau darurat. Kebutuhan untuk memantau alur kerja dan menganalisa data untuk mengoptimalkan penjadwalan dan kepegawaian mendorong pengembangan sistem perangkat lunak yang menunggu dan mencatat waktu operasi; sistem ini terus-menerus disempurnakan.


Suite bedah juga dirancang untuk memperbaiki alur kerja dengan memasukkan area induksi terpisah untuk mengurangi waktu non-pembedahan yang dihabiskan di ruang operasi. Beberapa model tersedia untuk desain dan penempatan staf ruang induksi. Meski tidak umum di Amerika Serikat, ruang induksi sudah lama digunakan di Inggris.


Salah satu model ruang induksi menggunakan tim anestesi rotasi. Satu tim ditugaskan ke pasien pertama hari itu; tim kedua menginduksi anestesi untuk pasien berikutnya di daerah yang berdekatan sementara ruang operasi sedang diserahterimakan. Tim kedua akan terus merawat pasien tersebut setelah transfer ke ruang operasi, meninggalkan tim pertama yang tersedia untuk menginduksi anestesi pada pasien ketiga saat ruang operasi sedang diserahterimakan. Keuntungan dari model ini adalah kelangsungan perawatan; kerugiannya adalah kebutuhan dua tim anestesi untuk setiap ruang operasi.


Model lain menggunakan tim induksi dan anestesi yang terpisah. Tim induksi menginduksi anestesi untuk semua pasien pada hari tertentu dan kemudian melakukan transfer perawatan ke tim anestesi, yang ditugaskan ke ruang operasi individual. Keuntungan dari model ini adalah pengurangan personel anestesi ke kamar induksi; kelemahannya meliputi kegagalan untuk mempertahankan keberlanjutan perawatan dan masalah kepegawaian yang terjadi saat beberapa pasien harus menjalani induksi secara bersamaan. Model ini dapat memanfaatkan ruang induksi terpisah yang berdekatan dengan masing-masing ruang operasi atau satu ruang induksi umum yang melayani beberapa ruang operasi.


Model terakhir menggunakan beberapa ruang operasi yang dikelola, salah satunya dibiarkan tetap terbuka. Setelah pasien pertama hari itu dipindahkan ke ruang awal, pasien berikutnya selalu lanjut ke ruang terbuka, sehingga mengeliminasi proses menunggu untuk penyerahan ruangan dan kesiapan personil. Semua model ini berasumsi bahwa peningkatan biaya untuk mempertahankan personil anestesi tambahan dapat dibenarkan oleh peningkatan produktivitas bedah.


Metodologi Lean

Banyak rumah sakit sedang mengeksplorasi metode dari penerapan metodologi lean ke lingkungan bedah. Sistem pemeriksaan lean berusaha untuk menemukan dan menghilangkan pemborosan dan kegiatan duplikat. Perusahaan yang paling terkenal untuk menerapkan metodologi lean adalah Toyota, yang telah memberi merk sebuah sistem lean, Toyota Production System (TPS), yang banyak sistem perawatan kesehatan gabungkan ke dalam pengaturan perioperatif mereka. TPS berpusat pada tiga konsep: muda, muri, dan mura. Muda (dari bahasa Jepang untuk "limbah") dibuat oleh muri dan mura. Muri adalah limbah yang diciptakan oleh beban yang berlebihan dan tekanan produksi, dan mura adalah limbah yang dihasilkan oleh pola kerja yang tidak merata atau kurangnya penyamarataan beban.


TPS juga memasukkan sebuah set dari lima proses, disebut sebagai 5S, ke dalam usaha pengembangan. Proses-proses kunci ini, yang dimulai dengan huruf “S” pada bahasa asli Jepang, telah diterjemahkan menjadi kata-kata S bersinonim dalam bahasa inggris.

  • Sort – Eliminasi kelebihan, buang benda yang tidak digunakan, buang barang yang tidak diperlukan atau diinginkan.
  • Set in order – Susun benda yang digunakan untuk pemilihan yang mudah dan dalam cara yang terorganisir. Buat alur kerja yang lebih mudah dan natural.
  • Shine – Tempat kerja haruslah bersih.
  • Standardize – Tempat kerja harus serupa dan variabilitas harus dikurangi atau dieliminasi. Setiap proses harus memiliki standar.
  • Sustain – Kerja harus didorong oleh tujuan; tidak ada seseorang yang harus diberitahu untuk bekerja, tetapi semua orang seharusnya bekerja tanpa bertanya.

Dengan eliminasi limbah dan aplikasi metode 5S, operasi harian akan menjadi lebih aman, terstandarisasi, dan lebih efisien.


Radio Frequency Identification

Teknologi identifikasi frekuensi radio (radio frequency identification - RFID) memanfaatkan chip dengan pemancar kecil yang sinyalnya dibaca oleh pembaca; setiap chip menghasilkan sinyal yang unik. Teknologi ini memiliki potensi diterapkan pada lingkungan perioperatif. Menggunakan RFID pada lencana identifikasi (ID) karyawan dapat memungkinkan ruang kontrol bedah untuk melacak perawat, tim bedah, dan petugas anestesi, yang menghindarkan kebutuhan akan sistem paging dan telepon untuk membangun lokasi personil utama. Memasukkan teknologi pada pita ID pasien dan bangsal rumah sakit dilacak melalui keseluruhan fasilitas. Kemampuan untuk memproyeksikan sinyal identifikasi ke sistem rumah sakit akan menawarkan derajat keamanan tambahan untuk pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan personil rumah sakit. Akhirnya, RFID dapat dimasukkan ke dalam instrumen dan sponge bedah, memungkinkan hitungan bedah dilakukan dengan mengidentifikasi benda-benda saat mereka dioperkan di dalam dan di luar lapangan bedah. Jika jumlahnya tidak sesuai, sebuah tongkat alat skrining dapat diletakkan di atas pasien untuk skrining benda-benda yang tertinggal.


Diskusi Kasus

Pengawasan Pemberian Anestesi (Monitoring Anesthesia Care) dengan Suplementasi Oksigen

Anda diminta untuk memberikan monitoring dan perawatan anestesi untuk pasien yang menjalani pengangkatan lesi benjolan kecil di pipi. Pasien tersebut sangat obesitas dan memiliki riwayat apnea tidur (obstructive sleep apnea - OSA). Dia menyatakan, "Saya akan merasa terganggu saat wajah saya dikerjakan," dan menunjukkan bahwa dia tidak ingin mengingat apapun tentang operasi tersebut. Dokter bedah memastikan bahwa prosedur tidak akan berlangsung lebih dari 5 menit. Suami pasien mengatakan bahwa mereka berasal dari luar kota dan telah membuat rencana penerbangan untuk segera pulang segera setelah prosedur operasi tersebut dilakukan.


Apa ciri dari kasus ini yang menunjukkan risiko tinggi untuk kebakaran saat pembedahan?

Pasien dengan riwayat klinis OSA biasanya memiliki sensitivitas terhadap obat penenang, terutama opioid. Pemberian opioid bahkan dalam dosis kecil dapat menyebabkan obstruksi saluran napas bagian atas dan hipoventilasi, mengakibatkan hiperkapnia dan hipoksemia. Pada pasien obesitas, obstruksi saluran napas atas, hipoventilasi, dan penurunan kapasitas cadangan fungsional dapat menyebabkan desaturasi oksigen yang cepat. Kebanyakan dokter anestesi berespon dengan meningkatkan jumlah tambahan oksigen yang dihantarkan melalui masker wajah dan nasal kanul. Penghantaran oksigen secara terbuka dalam konsentrasi lebih dari 30% adalah salah satu elemen dari trias kebakaran. Pertimbangan lainnya adalah lokasi anatomis prosedur. Lokasi di atas prosesus xiphoid pada pasien ini akan menempatkan sumber api (apabila digunakan) dalam jarak yang dekat terhadap penghantaran terbuka pengoksidasi.


Apa cara paling aman untuk melanjutkan prosedur?

Ada tiga strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keamanan dalam skenario ini: hindari suplementasi oksigen, amankan jalan napas dengan pipa endotrakea atau alat bantu saluran napas supraglotis, atau hindari penggunaan sumber pengapian.


Adakah kekhawatiran terkait pengelolaan jalan napas atau pemilihan perangkat saluran napas?

Seperti yang dibahas sebelumnya, pasien cenderung menampakkan perubahan saluran napas yang terkait dengan OSA dan obesitas. Pemilihan perangkat saluran napas harus mempertimbangkan perlunya mencegah penghantaran oksigen secara terbuka.


Bagaimana lamanya prosedur mempengaruhi pengelolaan anestesi?

Berbicara praktis, jika pasien memerlukan prosedur yang panjang, anestesi lokal mungkin akan kehabisan durasinya; dosis kumulatif narkotika yang diberikan dapat mengeksaserbasi apnea OSA pasien dan meningkatkan waktu pemulihan. Selain itu, eksisi bedah yang lebih kompleks dapat menyebabkan perdarahan yang membutuhkan penggunaan kauterifikasi.


Apakah harapan pasien untuk keluar dari rumah sakit segera setelah prosedur mempengaruhi rencana anestesi anda?

Harapan masa pemulihan yang dipercepat mungkin tidak layak jika pasien memerlukan anestesi umum atau sejumlah besar opioid. American Society of Anesthesiologists (ASA) telah menerbitkan sebuah saran praktik yang memberikan arahan untuk penilaian pascabedah yang aman dan pelepasan pasien dengan OSA. Lihat www.asahq.org


Bagaimana jika dokter bedah berpikir rencana Anda "terlalu berlebihan"?

Cara pertama dan paling efektif untuk resolusi konflik adalah mengkomunikasikan kekhawatiran spesifik Anda kepada dokter bedah. Jika hal ini gagal, prosedur operasi tidak boleh dilanjutkan selama masih ada masalah keamanan yang valid dari anggota tim. Banyak panduan dan nasihat keamanan terkait ASA juga didukung oleh organisasi profesional lainnya seperti American College of Surgeons (ACS). Dokter anestesi juga harus terbiasa dengan metode penyelesaian sengketa di rumah sakit sebelum sebuah peristiwa terjadi.


Sumber

Cowles CE. The operating room environment. In: Morgan GE, Mikhail M, Murray MJ, eds. Clinical anesthesiology. 6th Ed. New York: McGraw-Hill; 2018. pp. 9-31

Artikel terkait:

Tinggalkan komentar