Manajemen neuroanestesi pada pasien dengan tumor otak merupakan salah satu tantangan terbesar dalam praktik anestesiologi. Artikel ini membahas langkah-langkah penting dari prabedah, intraoperatif, hingga pascabedah, termasuk penggunaan obat-obatan seperti dexamethasone dan antikonvulsan, serta prinsip neuroanestesi ABCDE untuk memastikan keselamatan dan pemulihan pasien secara optimal.
Pendahuluan
Tumor otak merupakan salah satu kondisi yang memerlukan intervensi bedah yang sangat kompleks. Jenis tumor otak yang umum meliputi glioblastoma multiforme, meningioma, dan adenoma hipofisis. Operasi tumor otak membutuhkan pendekatan neuroanestesi yang cermat untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral (CPP), mengontrol tekanan intrakranial (ICP), dan memastikan keamanan pasien selama prosedur. Hal ini semakin penting mengingat risiko komplikasi seperti edema otak, herniasi serebral, atau perdarahan intraoperatif.

Fisiologi dan Patofisiologi
Tekanan intrakranial normal berkisar antara 5–15 mmHg. Pada pasien dengan tumor otak, massa tumor dapat meningkatkan tekanan ini melalui kompresi langsung jaringan otak, edema peritumoral, atau obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSF). Peningkatan ICP dapat menyebabkan penurunan CPP, yang dihitung dengan rumus:
CPP = Mean Arterial Pressure (MAP) - ICP
Penurunan CPP di bawah 50 mmHg dapat mengakibatkan iskemia otak. Pada pasien dengan tumor otak, edema peritumoral sering kali ditangani dengan steroid seperti dexamethasone, yang bekerja mengurangi pembengkakan jaringan melalui efek antiinflamasi.
Kenapa Hal Ini Perlu Diperhatikan
Operasi tumor otak memiliki risiko komplikasi tinggi, terutama jika ICP tidak terkendali atau jika terjadi rebleeding pascabedah. Penggunaan teknik anestesi yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko iskemia serebral, edema, atau perdarahan. Pentingnya perencanaan anestesi mencakup:
- Pengendalian tekanan darah untuk mencegah peningkatan ICP atau rebleeding.
- Memastikan perfusi otak yang optimal selama operasi.
- Mencegah kejang intraoperatif yang dapat memperburuk cedera otak.
Manajemen Prabedah
Manajemen prabedah pada pasien dengan tumor otak bertujuan untuk mengoptimalkan kondisi pasien sebelum pembedahan. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi:
1. Evaluasi Klinis
Penilaian menyeluruh harus dilakukan, termasuk:
- Riwayat penyakit, termasuk durasi dan progresivitas gejala neurologis seperti sakit kepala, kejang, atau defisit neurologis.
- Pemeriksaan fisik, termasuk status neurologis (Glasgow Coma Scale, pupil, motorik, dan refleks).
- Evaluasi komorbiditas, seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan ginjal.
2. Evaluasi Radiologi
CT scan kepala atau MRI otak menjadi modalitas utama. Parameter penting yang perlu dievaluasi meliputi:
- Ventrikel: Apakah ada kompresi atau dilatasi? Dilatasi ventrikel menunjukkan hidrosefalus obstruktif.
- Midline shift: Perpindahan garis tengah lebih dari 5 mm menunjukkan risiko herniasi otak.
- Massa tumor: Ukuran, lokasi, dan efek massa terhadap struktur otak sekitarnya.
- Sulci dan gyri: Efek massa atau edema yang dapat menekan struktur kortikal.
- Sinus: Periksa patensi sinus vena, karena trombosis dapat memengaruhi drainase vena otak.
- Tulang: Adanya fraktur yang dapat memengaruhi stabilitas kranium.
3. Optimalisasi dengan Obat
Obat-obatan yang diberikan prabedah harus disesuaikan dengan kondisi pasien:
- Dexamethasone: Dosis awal 10 mg IV bolus diikuti 4 mg setiap 6 jam untuk mengurangi edema peritumoral. Kontraindikasi pada pasien dengan infeksi sistemik tanpa pengobatan.
- Antikonvulsan (misalnya, levetiracetam 500–1000 mg IV): Digunakan jika ada riwayat kejang. Hindari pada pasien dengan gagal ginjal berat.
- Manitol 20% (0,25–1 g/kg IV bolus): Untuk mengurangi ICP jika ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Berikan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal ginjal.
4. Persiapan Khusus
- Diskusikan rencana pembedahan dengan tim bedah saraf dan keluarga pasien.
- Pasien harus dipuasakan sesuai protokol (6 jam untuk makanan padat, 2 jam untuk cairan jernih).
- Pertimbangkan jalur infus sentral jika diperlukan untuk monitoring tekanan vena sentral (CVP).
Manajemen Intraoperatif
1. Teknik ABCDE dalam Neuroanestesi
Prinsip neuroanestesi yang dikenal dengan ABCDE meliputi:
- A: Airway (jalan napas harus dipastikan paten; intubasi menggunakan teknik cepat).
- B: Breathing (ventilasi mekanis dengan PaCO2 sekitar 30–35 mmHg untuk menurunkan ICP).
- C: Circulation (kontrol tekanan darah untuk menjaga CPP optimal, target MAP 70–90 mmHg).
- D: Drugs (gunakan obat anestesi seperti propofol atau thiopental yang dapat menurunkan metabolisme otak).
- E: Environment (posisi kepala 30 derajat untuk meningkatkan aliran vena serebral).
2. Teknik Intubasi
Intubasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah peningkatan ICP:
- Berikan obat premedikasi seperti lidokain 1,5 mg/kg IV untuk menekan refleks intubasi.
- Gunakan teknik intubasi cepat-sekuensial dengan propofol (1–2 mg/kg IV) dan rokuronium (1 mg/kg IV).
- Hindari posisi yang memperburuk ICP, seperti fleksi leher berlebihan.
3. Pemantauan Intraoperatif
Pemantauan yang diperlukan meliputi:
- Tekanan darah arteri invasif untuk pemantauan real-time MAP.
- Monitor ICP jika dipasang kateter intraventrikular.
- EEG atau BIS (Bispectral Index) untuk memastikan kedalaman anestesi.
4. Teknik Ekstubasi
Ekstubasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah peningkatan ICP:
- Pastikan pasien stabil hemodinamik dan neurologis sebelum ekstubasi.
- Berikan premedikasi seperti opioid (fentanil 1–2 mcg/kg IV) untuk mengurangi stimulasi.
- Tunda ekstubasi jika pasien menunjukkan tanda-tanda edema saluran napas, peningkatan ICP, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Manajemen Pascabedah
Manajemen pascabedah pada pasien dengan tumor otak bertujuan untuk mencegah komplikasi, memantau tanda-tanda perburukan neurologis, dan memastikan pemulihan optimal. Berikut adalah aspek-aspek penting dalam penanganan pascabedah:
1. Pemantauan Neurologis
- Periksa status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) secara berkala.
- Amati tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan pola pernapasan, bradikardia, atau hipertensi sistemik (triad Cushing).
- Evaluasi defisit neurologis baru yang dapat mengindikasikan komplikasi seperti stroke, edema, atau perdarahan ulang.
2. Pencegahan dan Penanganan Rebleeding
Rebleeding adalah komplikasi serius yang memerlukan perhatian khusus. Langkah-langkah untuk mencegahnya meliputi:
- Kontrol tekanan darah: Pertahankan tekanan darah pada target MAP ≤ 80–90 mmHg menggunakan labetalol (10–20 mg IV bolus, dapat diulang setiap 10 menit, dosis maksimum 300 mg) atau nitrogliserin (0,5–2 mcg/kg/menit infus). Hindari hipotensi yang dapat menurunkan perfusi serebral.
- Hindari hiperkoagulasi: Tunda pemberian antikoagulan atau antiplatelet hingga risiko perdarahan terkendali.
- Monitor hemoglobin: Jika diperlukan transfusi, pertahankan kadar hemoglobin ≥ 10 g/dL untuk mendukung oksigenasi serebral.
3. Obat-obatan Pascabedah
Obat-obatan yang sering digunakan pascabedah meliputi:
- Dexamethasone: 4 mg IV setiap 6 jam untuk mencegah edema peritumoral. Dosis perlu diturunkan bertahap untuk menghindari rebound edema.
- Paracetamol: 1 g IV setiap 6 jam untuk kontrol nyeri ringan. Hindari NSAID yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
- Levetiracetam: 500–1000 mg IV setiap 12 jam untuk profilaksis kejang. Hindari penggunaan pada pasien dengan insufisiensi ginjal berat.
- Antibiotik profilaksis jika diperlukan, terutama jika ada risiko infeksi akibat pemasangan perangkat invasif.
4. Peran ICU dalam Pemantauan Intensif
Pasien pascabedah tumor otak sering memerlukan perawatan di ICU untuk pemantauan ketat, termasuk:
- Pengawasan tekanan darah dan ICP jika monitoring invasif digunakan.
- Kontrol ventilasi mekanis dengan target PaCO2 30–35 mmHg untuk mencegah peningkatan ICP.
- Evaluasi status cairan, dengan perhatian pada keseimbangan elektrolit dan osmolalitas serum.
5. Kriteria Penundaan Ekstubasi
Ekstubasi harus ditunda jika pasien menunjukkan:
- Status neurologis yang tidak stabil (GCS < 8).
- Edema saluran napas yang signifikan.
- Hemodinamik yang tidak stabil, seperti tekanan darah tidak terkontrol.
- Ketergantungan ventilasi mekanis dengan FiO2 tinggi.
6. Pemulihan Fungsional
Langkah-langkah untuk mendukung pemulihan pasien meliputi:
- Fisioterapi awal untuk mencegah komplikasi imobilitas.
- Rehabilitasi neurologis untuk memulihkan fungsi motorik dan kognitif.
- Pemberian nutrisi enteral dengan target asupan kalori 25–30 kkal/kg/hari.
7. Tindak Lanjut Radiologi
CT scan kepala ulang harus dilakukan jika ada kecurigaan komplikasi seperti perdarahan ulang atau pembengkakan otak. Idealnya dilakukan 24–48 jam pascabedah untuk evaluasi awal.
Kesimpulan
Manajemen neuroanestesi pada pasien dengan tumor otak memerlukan pendekatan yang terkoordinasi mulai dari prabedah, intraoperatif, hingga pascabedah. Fokus utama adalah menjaga perfusi otak, mencegah komplikasi seperti peningkatan ICP dan rebleeding, serta mendukung pemulihan fungsional pasien. Penggunaan obat-obatan seperti dexamethasone dan antikonvulsan memainkan peran kunci dalam mengoptimalkan hasil klinis.
- Patel PM, Drummond JC. Cerebral physiology and the effects of anesthetic drugs. In: Miller RD, Cohen NH, Eriksson LI, et al. Miller's Anesthesia. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020.
- Smith M. Monitoring intracranial pressure in neurosurgical patients. Anesth Analg. 2017;125(6):2016-2028. doi:10.1213/ANE.0000000000002554
- Steiner LA, Andrews PJD. Monitoring the injured brain: ICP and CBF. Br J Anaesth. 2006;97(1):26-38. doi:10.1093/bja/ael110
- Young WL, Pile-Spellman J. Anesthetic considerations for interventional neuroradiology. Anesthesiology. 2006;105(5):613-636. doi:10.1097/00000542-200611000-00002
- Almeida AN, Vale L, Fernandes L, et al. The role of mannitol in neurosurgery. Neurosurg Rev. 2021;44(2):563-572. doi:10.1007/s10143-020-01344-8
- Mooney MA, Simon ED, Divani AA. Perioperative management of patients with brain tumors. J Neurol Sci. 2021;422:117317. doi:10.1016/j.jns.2021.117317
- Rubin M, Bak LK, Bakken H. The role of corticosteroids in brain tumor treatment. Neurooncol Pract. 2019;6(3):208-217. doi:10.1093/nop/npy012
- Sehba FA, Pluta RM. Strategies for management of cerebral edema in patients with brain tumors. J Cereb Blood Flow Metab. 2016;36(7):1131-1139. doi:10.1177/0271678X15616089
- Rosenfeld JV, Maas AIR, Bragge P. Early management of severe traumatic brain injury. Lancet. 2012;380(9847):1088-1098. doi:10.1016/S0140-6736(12)60864-3
- Kim JH, Lee JH, Lee JY. Management of increased intracranial pressure in patients undergoing craniotomy. J Neurosurg Anesthesiol. 2020;32(4):359-368. doi:10.1097/ANA.0000000000000684
- Oertel M, Boscardin WJ, Obrist WD, et al. Monitoring of ICP and CPP during treatment of brain tumors: a systematic review. J Neurosurg. 2005;102(4):653-662. doi:10.3171/jns.2005.102.4.0653
- Santarius T, Kirkpatrick PJ, Kolias AG. Role of intracranial pressure monitoring in neurocritical care. Neurocrit Care. 2014;21(1):42-53. doi:10.1007/s12028-014-9961-5
- Yuan Q, Guo X, Wu X. The impact of steroid use in patients with brain tumors: a systematic review. Neurooncol Pract. 2021;8(1):15-23. doi:10.1093/nop/npaa033
- Qureshi AI, Suarez JI. Use of hyperosmolar agents in the treatment of cerebral edema. Crit Care Med. 2000;28(2):330-340. doi:10.1097/00003246-200002000-00036
- Vlis TM, Enblad P, Tisell M. Neuroanesthesia considerations for craniotomy. Front Surg. 2022;9:1038654. doi:10.3389/fsurg.2022.1038654
Ramadhan MF. Pendekatan Neuroanestesi pada Pasien dengan Tumor Otak. Anesthesiol ICU. 2025;2:a1